Pengaruh Ukuran Ovarium Sapi Bali terhadap Kualitas Oosit
Main Article Content
Abstract
Ovarium sebagai organ reproduksi utama pada sapi betina, berfungsi menghasilkan oosit yang penting dalam proses reproduksi. Kualitas oosit yang dihasilkan oleh ovarium sangat dipengaruhi oleh kondisi fisiologis dan ukuran ovarium itu sendiri. Pemahaman mengenai hubungan antara ukuran ovarium dan kualitas oosit sangat penting untuk meningkatkan efisiensi reproduksi pada sapi Bali. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran ovarium sapi Bali terhadap kualitas oosit. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor kemudian mengelompokkan masing-masing faktor menjadi 3 kelompok dengan 9 ulangan. Faktor yang dilihat yaitu ukuran ovarium dan berat ovarium yaitu ovarium dengan volume ≤30 mm3, ovarium dengan volume 31-49 mm3 dan ovarium dengan volume ≥50 mm3. Analisis data menggunakan analysis of variance (ANOVA) dan uji lanjut beda nyata terkecil (BNT). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa ukuran ovarium sapi Bali berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas oosit, ukuran ovarium sapi Bali yang optimal menghasilkan oosit ovarium dengan volume 31- 49 mm3 yaitu sebanyak 27 oosit atau 61,3% dari total ovarium yang dikoleksi.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
References
Astiti, N. M. A. G. R. (2018). Sapi Bali dan Pemasarannya. Bali: Jayapangus Press Books.
Astiti, N. M. A. G. R., Fattah, A. H., Khaeruddin, K., Nuraliah, S., Gebse, Y., Aisyah, S., Sudirman, S., Sugiarti, S., Rusli, R., Astaman, P., Mangalisu, A., Nurcholis, N., & Marsetyo, M. (2024). Pengelolaan Ternak Sapi Bali dan Digital Marketing. Padang: Hei Publishing.
Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Denpasar [BPTU-HPT]. (2017). Laporan Tahunan 2017. Denpasar: BPTU-HPT.
Balumbi, M., Fachruddin, F., & Risman, M. (2021). Morfometri ovarium setelah pemberian ekstrak daun kelor (Moringa oleifera Lam). Acta Veterinaria Indonesiana, 9(1), 44–52.
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian. (2019). Kebijakan Strategis Ketahanan Pangan dan Gizi Tahun 2020-2024. Jakarta: Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian.
Ediset, E., & Heriyanto, E. (2020). Posisi status sosial ekonomi peternak sapi potong dalam proses adopsi bioteknologi reproduksi di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat. Jurnal Peternakan Indonesia, 22(1), 56-62.
Febretrisiana, A., & Pamungkas, F.A. (2017). Pemanfaatan ovarium yang berasal dari rumah potong hewan sebagai sumber materi genetik. Wartazoa, 27(4), 159-166.
Gordon, I. (2003). Laboratory Production Of Cattle Embryos. Edisi ke-2. Dublin: CAB International.
Govur, W. A., Rasad, S. D., & Solihati, N. (2015). Pengaruh umur terhadap bobot dan diameter ovarium serta kualitas oosit pada domba lokal. E-Jurnal Students, 4(4), 1–13.
Hajrah, H., Hafsan, H., Zulkarnain, Z., & Makmur, K. (2022). Pemanfaatan bioteknologi dalam bidang peternakan untuk peningkatan kualitas hewan ternak di Sulawesi Selatan. Jurnal Media Informasi Sains dan Teknologi, 16(2), 261-266.
Handarini, R., Hardiansyah, D., & Sudrajat, D. (2014). Kualitas oosit dari ovarium sapi peranakan Ongole (PO) pada fase folikuler dan luteal. Jurnal Pertanian 5(2), 89-94.
Mardika, K., Setyawati, I., & Darmadi, A. A. K. (2018). Panjang siklus estrus dan struktur histologi ovarium tikus putih setelah pemberian ekstrak etanol daun kaliandra merah. Jurnal Veteriner, 19(3), 342-350.
Muchlis, A., Sema, Sonjaya, H dan Toleng, A. L. (2022). Penerapan bioteknologi dalam produksi ternak untuk meningkatkan produk asal hewan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Terpadu, 2(1), 95–100.
Novitasari, E., Gde, T., Pemayun, O., Suatha, I. K., Ngurah, I. G., & Trilaksana, B. (2022). Tingkat maturasi oosit sapi Bali pada media TCM 199 dengan penambahan hipotaurin. Buletin Veteriner Udayana, 14(5), 524–530.
Palmerini, M. G., Nottola, S. A., Leoni G. G., Succu, S., Borshi, X., Berlinguer, F., Naitana, S., Bekmukhambetov, Y., & Macchiarelli, G. (2014). In vitro maturation is slowed in prepubertal lamb oocytes: ultrastructural evidences. Reproductive Biology and Endocrinology, 24(12), 115.
Parera, H. (2014). Pengaruh ukuran ovarium dan diameter oosit terhadap kualitas morfologi oosit sapi Bali-Timor yang dikoleksi secara in vitro. Jurnal Kajian Veteriner, 2(2), 143–150.
Priyo, Jr, T. W., Budiyanto, A., & Kusumawati, A. (2020). Pengaruh ukuran ovarium dan folikel terhadap penampilan reproduksi pada sapi PO dan Simpo di Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten. Jurnal Sain Veteriner, 38(1), 20-27.
Syaiful, F. L. (2021). Morfometri ovarium dan folikel sapi lokal sebagai penghasil oosit untuk fertilisasi in vitro. Jurnal Embrio, 13(2), 57–64.
Syaiful, F. L., Khasrad, K., & Maulida, S. (2020). Identifikasi ukuran tubuh sapi Bali dan Simbal (Simmental-Bali) di Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman Barat. Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 15(2), 219–226.